Jumat, 31 Maret 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN


resume 3:
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SELAYANG PANDANG PSIKOLOGI PENDIDIKAN
            Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
LATAR BELAKANG PSIKOLOGI PENDIDIKAN
            Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke-20. Ada 3 perintis terkemuka yang ada dalam sejarah awal psikologi pendidikan, yaitu :
*      WILLIAM JAMES
Tak lama setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang pertama, dengan judul Principles of Psychologi (1890), William James ini memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “ Talks to Teachers”. Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak-anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia juga menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasi Willem James adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran dan pengetahuan anak.
*      JOHN DEWEY
Tokoh kedua berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan adalah JOHN DEWEY. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi di tingkat praktis. Dewey membangun laboratorium psikologi pertama di AS, di Universitas Chicago, pada tahun 1894. Kemudian di Coulombia University, dia melanjutkan karya inovatifnya tersebut. Ide penting yang bisa kita ambil dari Dewey adalah:
a)      Kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar yang aktif (active learner). Sebelum dewey mengemukakan pandangan ini, ada keyakinan bahwa anak-anak mestinya dududk diam di kursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Dewey juga percaya bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.
b)      Kita mendapatkan ide bahwa pendidikan seharusnya di fokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemamouan anak untuk baradaptasi dengan lingkungannya. Dewwey percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya mendapatkan pelajaran akademik saja, tetapi juga harus diajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah. Dia berpendapat secara khusus bahwa anak-anak harus belajar agar mampu memecahkan masalah secara reflektif.
c)      Kita mendapatkan gagasan bahwa semua anak berhak mendaptkan pendidikan yang selayaknya. Cita-cita demokratis ini pada pertenagahan abad ke-19 belum muncul, seab saat itu pendidikan hanya diberikan pada sebagian kecil anak, terutama anak keluarga kaya.
John Dewey adalah seorang psikolog yang sangat berpengaruh kepada seorang pendidik yang mendukung pendidikan yang layak bagi semua anak, lelaki maupun perempuan, dari semua lapisan sosial, ekonoimi dan etnis.
*      E.L THORNDIKE
Perintis ketiga adalah E.L THORNDIKE, yang memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran dan perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yanag paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thirndike ini sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.

DIVERSITAS DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN AWAL
            Tokoh yang paling menonjol dalam sejarah awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria bekulit putih, seperti James, Dewey, dan Thorndike. Dua tokoh Amerika keturunan Afrika yang menonjol di bidang psikologi adalah Mamie dan Kenneth Clark, yang melakukan riset tentang identitas dan konsep diri anak-anak Afrika-Amerika. Pada tahn 1971, Kenneth Clark menjadi orang Afrika Amerika pertama yang menjadi presiden American Psychological Association. Pada tahun 1932, seorang psikologi dari negara latin, George Sanchez melakukan riset yang menunjukkan bahwa tes kecerdasan secara kultural telah dibiaskan dan merugikan anak-anak etnis minoritas. Salah satu orang yang sering diabaikan dalam psikologi pendidikan adalah Leta Hollingworth, dia adalah orang pertama yang menggunakan istilah gifted untuk mendeskripsikan anak-anak yang mendapat skor istimewa dalam tes kecerdasan.
PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT
            Pendekatan Thorndike untuk studi pembelajaran digunakan sebagai panduan bagi psikologi pendidikan di paruh yang pertama abad ke-20. Dalam ilmu psikologi Amerika, pandangan B.F Skinner (1938) yang didasarkan pada ide-ide Thorndike, sangat memengaruhi psikologi pendidikan pada pertengahan abad ke-20.
            Skinner berpendapat bahwa proses mental yang dikemukakan oleh psiklog seperti James dan Dewey adalah proses yang tidak dapat diamati dan karenanya tidak bisa menjadi subjek studi psikologi ilmiah yang menurutnya adalah ilmu tentang perilaku yang dapat diamati dan ilmu tentang kondisi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada tahun 1950-an, Skinner mengembangkan konsep programmed learning (pembelajaran terprogram), yakni setelah murid melalui serangkaian langkah ia terus didorong (reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
            Akan tetapi, muncul berbagai keberatan terhadap pendekatan behavioral yang dianggap tidak memedulikan banyak tujuan dan kebutuhan pendidik di kelas. Sebagai reaksinya, pada tahun 1950-an Benjamin Bloom menciptakan taksonomi keahlian kognitif yang mencakup pengingatan, pemahaman, synthesizing, dan pengevaluasian, yang menurutnya harus dipakai dan dikembangakan oleh guru untuk membantu murid-muridnya. Sebuah ulasan di Annual Review of Psychology menyatakan “perspektif kognitif mengimplikasikan bahwa analisis behavioral terhadap intruksi sering kali tidak cukcup untuk menjelaskan efek dari instruksi terhadap pembelajran”. Revolusi kognitif dalam psikologi mulai berlangsung pada tahun 1980-an dan disambut hangat karena pendekatan ini mengaplikasikan konsep psikologi kognitif-memori, pemikiran, penalaran, dan sebagainya untuk membantu murid belajar.
            Jadi, akhir abad ke-20 banyak ahli psikologi pendidikan yang kembalai menekankan pada aspek kognitif dari proeses belajar seperti yang pernah didukung oleh James dan Dewey pada awal abad ke-20. Baik pendekatan behavioral maupun kognitif masih menjadi bagian dari psikologi pendidikan sampai sekarang. Selama beberapa dekade terakhir abad ke-20 ahli psikologi pendidikan juga semakin memerhatikan pada aspek sosioemosional dari kehidupan murid.


MENGAJAR
CARA MENGAJAR YANG EFEKTIF
            Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan murid-murid yang bervariasi maka tidak ada cara tunggal yang dugunakan untuk mengajar secara efektif untuk semua hal. Seorang guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secra fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama,yaitu :
v Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Guru yang baik adalah guru yang mampu menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana cara memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari beragam latar belakang kultural.
·         Penguasaan Materi Pembelajaran
Guru yang efektif harus memiliki pengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Tapi juga membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumen, pola perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran, dan kemampuan untuk mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainnya.
·         Strategi Pembelajaran
Prinsip konstruktivisme adalah inti dari filsafat pendidikan William James dan John Dewey. Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Menurut pandangan konstruktivisme ini guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru juga harus mampu mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir secara kritis. Konstruktuvisme juga menekankan pada kolaborasi anak-anak saling bekerja sama untuk mengetahui dan memahami pelajaran. Seorang guru yang menganut filosofi konstruktivis tidak akan meminta anak-anak sekedar menghafal informasi, tetapi juga memberi mereka peluang untuk membangun pengetahuan dan pemahaman materi pelajaran.
·         Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
Guru yang efektif tidak aka  sekedar hanya mengajar dalam kelas. Mereka juga harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu juga harus menyusun kriteria tertentu agar bisa sukses. Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran menjadi lebih menantang dan menarik.
·         Keahlian Manajemen Kelas
Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap akitf dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif mampu membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkungan ini tetap optimal, guru harus senantiasa maninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring, dan mengaktifkan kelas, serta menangani tindakan murid yang mengganggu keadaan kelas.
·         Keahlian Motivasional
Guru yang efektif harus memilki strategi yang baik untuk memotivasi murid-muridnya agar mau belajar. Yaitu dengan cara membiarkan murid belajar di dunia nyata, agar setiap murid berkesempatan menemukan sesuatu yang baru dan sulit.
·         Keahlian Komunikasi
Yang tidak kalah penting yang dibutuhkan guru efektif adalah keahlian dalm berkomunikasi. Seperti berbicara, mendengar,mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid, dan mampu memecahkan masalah secara konstruksif. Keahlian berkomunikasi ini penting untuk berbicara dengan murid, orang tua, administrator, dan yang lainnya, dan tidak terlalu banyak mengkritik, serta memilki gaya komunikasi yang asertif, bukan agresif, manipulatif, atau pasif. 
   Bekerja Secara Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang Berbeda.
Di dunia yang berhubungan secara kultural ini guru yang efektif harus
mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. Guru efektif mampu mendorong murid untuk menjalin hubungan positif dengan murid yang mempun yai latar belakang yang berbeda.
·         Keahlian Teknologi
Guru efektif mampu mengembangakan keahlian teknologi dan mengintegrasikan komputer atau laptop ke dalam proses belajar di kelas. Integrasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, termasuk kebutuhan mempersiapkan murid untuk mencari pekerjaan di masa depan, yang sangat membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis komputer.Selain itu teknologi ini sangat efektif untuk mengajar.

v Komitmen dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Ini mencakup sikap yang baik dan penuh perhatian kepada murid. Guru mudah tersesat ke sikap negatif, tetapi sikapi ini akan memengaruhi murid dan mengganggu proses belajar mereka.jadi untuk menjadi seorang guru yang efektif itu kita harus mempunyai cara agar kita tetap memiliki komitmen dan motivasi agar tidak mudah tersesat ke sikap negatif yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar murid.

         
RISET DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
            Riset bisa menjadi sumber informasi berharga  untuk memahami strategi mengajar.


Mengapa Riset Itu Penting ???
            Kadang-kadang dikatakan bahwa pengalaman adalah guru yang penting. Pengalaman anda dan pengalaman orang lain, pengalaman administrator, dan para periset bisamembuat anda menjadi guru yang efektif. Akan tetapi,riset yang memberikan informasi valid tentang cara terbaik untuk mengajar bisa membuat anda menjadi guru yang lebih baik.
Pendekatan Riset Ilmiah
            Beberapa orang menganggap psikologi pendidikan sebagai ilmu yang sama dengan ilmu fisika atau biologi. Sains (science) bukan didefinisikan oleh cara sains melakukan investigasi. Yang membuat pendekatan anda ilmiah atau tidak adalah cara anada melakukan penelitiannya, entah itu meneliti fotosintesis, kupu-kupu, bulan di saturnus, atau mengapa ada murid yang bisa kreatif dan ada yang tidak.
            Para ahli psikologi pendidikan bersikap skeptis dan ilmiah dalam memandang pengertahuan. Ketika mereka mendengar bahwa metode tertentu adalah metode yang efektif untuk mengajar untuk membantu murid belajar, mereka akan mencari tahu apakah klaim tersebut didasarkan pada riset ilmiah yang baik atau tidak.  Pendekatan ilmiah dalam psikologi pendidikan dimaksudkan untuk memilih antara fakta dan khayalan dengan menggunakan cara tertentu untuk mendapatkan informasi.
            Riset ilmiah adalah riset objektif, sistematis, dan dapat diuji. Riset ilmiah mereduksi kemungkinan bahwa informasi didasarkan pada keyakinan, opini, dan perasaan personal. Riset ilmiah dilandaskan pada metode ilmiah, sebuah pendekatan yang dapat dipakai untuk menemukan informasi yang akurat.

Metode Riset
            Ada tiga metode dasar yang dipakai untuk mengumpulkan informasi dalam psikologi pendidiakan, yaitu deskriptif, korelasional, dan eksperimental.
v  Riset deskriptif
Riset ini bertujuan mengamati dan mencatat perilaku. Misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mengamati sejauh mana anak-anak bersikap agresif di dalam kelas, atau mewawancarai guru tentang sikap mereka terhadap jenis strategi pengajaran tertentu. Riset deskriptif ini tidak berperan sendirinya bisa membuktikan apa penyebab dari suatu fenomena, tetapi bisa mengungkapkan informasi penting perilaku dan sikap orang. Metode ini mencakup observasi, wawancara, kusioner, tes standar, studi etnografik, dan studi kasus.
v  Riset Korelasional
Riset ini bertujan untuk mendeskripsikan kekuatan hubungan antara dua atau lebih kejadian atau karakteristik. Prinsip riset penting adalah korelasi tidak sama dengan sebab akibat.
v  Riset eksperimental
Riset ini merupakan satu-satunya jenis riset yang dapat mengungkapkan sebab-sebab perilaku. Melakuakan sebuah eksperimen melibatkan pengkajian pengaruh setidaknya satu variabel independen (faktor eksperimental, berpengaruh, dan dimanipulasi) terhadap satu atau lebih variabel dependen (faktor yang diukur). Eksperimen melibatkan penetapan acak terhadap partisipan ke satu atau lebih kelompok eksperimental (kelompok yang pengalamannya dimanipulasi) dan satu atau lebih kelompok kontrol (kelompok yang diperlukan secara sama dengan kelompok eksperimntal kecuali dalam hal faktor yang dimanipulasi). Riset cross sectional melibatkan pengkajian kelompok orang pada satu waktu. Dan riset longitudinal adalah mempelajari orang yang sama dalam kurun waktu tertentu. 


RISET EVALUASI PROGRAM, RISET AKSI, DAN GURU SEBAGAI PERISET
Riset Evaluasi Program 
       Ini merupakan riset yang didesain untuk membuat keputusan tentang efektivitas suatu program.riset evaluasi program ini sering difokuskan pada lokasi atau tipe program tertentu. Karena serinh dimaksudkan untuk menjawab persoalan yang berhubungan dengan sistem sekolah atau sekolah tertentu, hasil riset evaluasi program tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan pada setting lain.
Riset Aksi
       Riset ini dipakai untuk memecahkan problem kelas atau sekolah spesifik, memperbaiki strategi mengajar dan pendidikan, atau untuk membuat keputusan pada tempat tertentu. Tujuan riset aksi ini adalah untuk memperbaiki praktik pendidikan secara langsung dalam satu atau dua kelas, pada satu sekolah, atau beberapa sekolah.
Guru Sebagai Periset
            Ini juga disebut guru periset, berarti bahwa guru dapat melakukan studi sendiri untuk meningkatkan praktik mengajar mereka. Untuk mendapatkan informasi, guru periset menggunakan metode seperti observasi partisipan, wawancara, dan studi kasus. Salah satu teknik bagus yang banyak dipakai adalah wawancara klinis, dimana guru membuat murid merasa nyaman, mau mengungkapkan keyakinan dan harapan, dan guru mengajukan pertanyaan dengan cara lembut atau tidak menuntut.

TANTANGAN RISET
            Salah satu tantangan riset adalah bagaimana cara mendapatkan pengetahuan itu sendiri. Tantangan lainnya adalah soal efek dari riset terhadap partisipan dan bagaimana memahami secara lebih baik informasi yang berasl dari studi-studi riset.
          Sejumlah periset psikologi pendidikan mengakui bahwa sejumlah masalah etika harus dipertimbangkan saat melakukan riset. Kepentingan partispan harus selalu diutamakan. Setiap usaha harus memerhatikan kesetaraan lelaki dan perempuan. Kita perlu memasukkan lebih banyak anak dari kelompok minoritas etnis ke dalam riset psikologi pendidikan. Perhatian khusus adalah pada ethnic gloss. Berhati-hatilah terhadap apa-apa yang dilaporkan oleh media, menarik kesimpulan tentang kebutuhan individual berdasarkan riset kelompok, waspadalah bahawa orang mudah terlalu menggeneralisasikan sampel kecil atau sampel klinis, ketahuilah bahwa satu studi tunggal tidak menghasilkan kesimpulan final, ingat bahwa konklusi sebab akibat tidak bisa diambil dari studi korelasional, dan selalu pertimbangan sumber informasi dan mengavaluasi kredibilitasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar