Selasa, 13 Juni 2017

testimoni setelah UTS



Nama   : Nirmala Sari
NIM    : 161301014
Kelas   : Psikologi Pendidikan A

Selama mata kuliah Psikologi Pendidikan yang berjalan selama 1 semester ini, saya banyak mendapatkan ilmu yang lebih tentang Psikologi, terutama Psikologi Pendidikan. materi-materinya sangat menarik dan bagus  untuk menambah ilmu dan pengetahuan saya dalam belajar Psikologi Pendidikan ini. Dalam mengajar dosennya menyampaiakan materinya dengan sangat baik, mulai dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan. Dengan jam perkuliahan nya yang 2 sks dan ditambah lagi dengan waktunya yang cukup membuat saya dan kawan-kawan  jadi malas dan lapar, apa lagi kalo dosennya lama keluar kelas dan waktu sholat zuhur pun sudah masuk. Disitu kadang saya sangat kesal karena harus buru-buru sholat, karena jam 1 harus masuk Psikologi Organisasi dan Industri lagi.   
Hampir di setiap materi kami selalu di beri tugas, yang bertujuan untuk menambah ilmu-ilmu baru buat kami. Setelah tugasnya selesai, tugas tersebut akan di posting ke blog kami masing-masing dan batas pengumpulan juga diberi, dimana itu bertujuan agar kami disiplin waktu. Tugas tersebut selalu diberi untuk tugas kelompok, dimana tugas kelompok tersebut diajarkan untuk kita tetap selalu bekerja sama dan saling membantu. 


Tes Standar dan Pengajaran (resume 3 setelah UTS)


TES STANDAR DAN PENGAJARAN
            Tes yang dibakukan atau tes standar (standardized test) telah banyak dipakai untuk mengevaluasi prestasi dan pembelajaran siswa. Meskipun sekarang tes ini lebih banyak digunakan untuk membandingakan kinerja murid di berbagai sekolah, distrik, negara bagian, dan negara yang berbeda-beda, namun tes ini bukannya tanpa kontroversi.

Apa Itu Tes Standar????????
            Tes standar atau tes dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar ini biasanya membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandinganini dilakukan ditingkat nasional.
Tujuan Tes Standar
            Tes standar biasanya bertujusn untukl :
·         Memberikan informasi tentang kemajuan murid. Tes standar adalah sumber informasi tentang seberapa baik prestasi dan kemampuan murid.
·         Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid. Tes standar juga dapat memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran murid.
·         Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus. Tes standar juga dapat dipakai untuk membuat keputusan tentang apakah murid diizinkan masuk ke program spesifik atau tidak.
·         Memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatkan  pengajaran atau instruksi. Bersama dengan informsi lain, nilai dari tes standar dapat dipakai oloeh guru dalam membuat keputusan tentang instruksi.
·         Membantu administrator mengevaluasi program. Jika sekolah hendak beralih ke program baru, admistrasi sekolah  harus tahu seberapa efektifkah program baru itu.
·         Memberikan akuntabilitas. Sekolah dan guru diharapkan bertanggung jawab atas pengajaran muridnya.


Kriteria Untuk Mengevaluasi Tes Standar
1.      Norma
Untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya itu perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma (normgroup), yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji. Tes ini dikatakan didasarkan pada norma nasional (national norm) apabila kelompok norma itu terdiri dari representasi murid secara nasional.
2.      Validitas
Valitas biasanya didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah tes bisa mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Dari segi karakteristik itu terdiri dari 3 tipe validate yaitu: validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk (susunan). Validitas isi adalah kemampuan tes untuk mencakup sampel (to sample) isi yang hendak diukur. Valitas kriteria dalah kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kriteria lain.
3.      Realibilitas
Reabilitas adalah sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapatb diproduksi. Agar bisa disebut reliabel, nilai harus stabil, dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran.
4.      Keadilan
Tes yang adil (fair) adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif. Tes itu tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gender, etnis, atau faktor subjektif seperti bias nilai. Apabila tes itu fair maka murid punya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka sehingga kinerja merela tidak dipengaruhi oleh faktor gender, etnis, ketidakmampuan (cacat) atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan  tujuan dari tes tersebut. 







Tes Kecakapan dan Prestasi
          Ada dua tipe utama tes standar: tes kecakapan (aptitudea) dan tes prestasi (achievement).
Membandingkan  Tes Kecakapan dengan Tes Prestasi
            Tes kecakapan (aptitude test) didesain guna memprediksi kemampuan murid untuk mempelajari suatu keahlian atau menguasai sesuatu dengan pendidikan dan training tingkat lanjut. Tes kecakapan ini mencakup mental umum seperti tes kecerdasan (Standford-Binet,Weschsler Scales, dan sebagainya). Mereka juga memasukkan tes yang dipakai untuk memprediksikan kesuksesan dalam subjek akademik atau area okupasional.
            Tes prestasi  dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah dipelajari atau keahlian apa yang telah dikuasai murid. Namun, perbedaan antara tes prestasi dengan tes kecakapan terkadang kabur. Kedua jenis tes ini menilai status murid, pertanyaan yang dipakai kebanyakan mirip, dan biasanya hasil dari jua jenis tes ini mempunyai korelasi yang tinggi.

Identifikasi Peran  Guru dalam testing Standar
·         Memastikan agar murid punya keahlian mengerjakan soal yang baik. Juga mengumunikasikan sikap positif terhadap tes kepada murid. Membuat program untuk meningkatkan nilai muird ternyata banyak menolong.
·         Kebanyakan pedoman tes standar mengemukakan cara menata ruang ujian, apa yang harus dilakukan jika murid mengerjakan soal, cara mendistribusikan lembar soal dan lembar jawaban, dan cara menentukan waktu tes. Dalam menjalankan tes, adalah penting mengikuti naskah kata demi kata.
·         Statistik deskriptif adalah prosedur matematika yang dipakai untuk mendeskripsikan dan meringkas data dalam cara yang bermakna.
·         Hindari menginterpentasikan hasil tes secara berlebihan. Cara yang baik adalah memahami nilai bukan sebagai satu nilai tunggal tetapi sebagai nilai yang berbeda di dalam urutan atau range. Jangan mengevaluasi hasil tes secara terpisah dari infromasi lain tentang murid, seperti kinerja kelas dan sifat dari pengajaran.
·         Nilai tes standar dapat dipakai untuk merencanakan dan meningkatkan instruksi. Ini dapat dilakukan sebelum instruksi atau instruksi. 

manajemen kelas (resume 2 setelah UTS)


MANAJEMEN KELAS
Manajemen kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar efektif di dalam kelas.

Tujuan Manajemen Kelas
Adapun tujuan dari manajemen kelas adalah sebagai berikut :
·         Mewujudkan situasi dan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
·         Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnyan belajar mengajar yang efektif
·         Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar efektif
·         Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
·         Membuat kelas sebagai tempat belajar
·         Menciptakan proses belajar efektif di dalam kelas
·         Menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk terjadinya proses belajar
·         Selalu berusaha agar siswa benar-benar aktif
·         Mengupayakan suasana-suasana yang membantu proses belajar menjadi lebih efektif dan efesien.
Selain itu manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran siswa (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran akitf, pemikiran dan konstruksi pengetahuan sosial.

Manfaat Manajemen Kelas yang Efektif
1.      Bagi Guru
Adapun manfaatnya bagi guru adalah untuk mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langka-langkah pembelajaran secara tepat dan baik, memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensi di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa, dan memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa  yang menimbulkan gangguan.
2.      Bagi siswa
Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar akan mengendalikan dirinya, ,membantu siswa menampilkan tingkah lakunya sesuai dengan tat tertib kelas dan merasakan teguran guru sebagi suatu peringatan bukan kemarahan, dan menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam mengerjakan tugas serta bertingkah laku yang sewajarnya sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.

Strategi yang Dilakukan dalam Manajemen Kelas
·         Mendesain lingkungan fisik kelas untuk mengembanga pembelajaran yang optimal
·         Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran
·         Membangun dan menegakkan aturan
·         Mengajak siswa bekerja sama
·         Mengatasi problem secara efektif
·         Menggunakan strategi komunikasi.
Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
          Ketika memikirkan tentang manajemen kelas yang efektif, gruru yang tidak berpengalaman terkadang mengabaikan lingkungan fisik.

Prinsip Penataan Kelas
            Berikut ini 4 prindip dasar untuk menata kelas :
v  Kurangi kepadatan di tempat lau-lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati.
v  Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas manajemen yang paling penting adalah memonitor murid secara cermat.
v  Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses. Ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
v  Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
Gaya Penataan
             Dalam memikirkan bagaimana cara mengorganisasikan ruang fisik kelas, kita harus bertanya pada diri sendiri  tipe aktivitas pengajaran apa yang akan diterima murid .
Penataan Kelas Standar
            Berikut ada beberapa gaya penataan kelas standar:
Ø  Gaya auditorium
Semua murid akan mengahadap guru. Penataan  ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium sering kali di pakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas.
Ø  Gaya tatap muka (face to face)
Murid saling menghadap. Gangguan dari murid lain akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.
Ø  Gaya off-set
Sejumlah murid biasanya (tiga atau empat anak) duduk dibangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.
Ø  Gaya seminar
Sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk disusun berbentuk lingakaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama efektif ketika guru ingin agar murid berbicara satu sama lain atau ber cakap-cakap dengan guru.
Ø  Gaya klaster (cluster)
Sejumlah murid (biasanya 4-8 anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif. 

Senin, 05 Juni 2017

Anak Berkebutuhan Khusus ( resume 1 sesudah UTS)

resume 1 sesudah UTS

Anak Berkebutuhan Khusus Atau Pelajar Yang Tidak Biasa
           
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability adalah keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi dikarenakan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri. 
Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang menderita ketidakmampuan/gangguan), dari pada istilah “disabled children”(anak cacat). Tujuannnya adalah memberikan penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak juga disebut sebgai “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan. Kemudian ketidakmampuan ini dikelompokkan menjadi: gangguan organ indera (sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gangguan emosional dan perilaku.

A.   Gangguan Indera
Gangguan indera mencakup gangguan atau kerusakan pengelihatan dan penginderaan.
         
   Gangguan Pengelihatan.
            Beberapa murid mengalami problem pengelihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. Jika anda melihat murid sering memicingkan mata, membaca buku dari jarak yang amat dekat, sering mengucek-ucek mata, dan sering mengeluh karen pandangannya kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan matanya. Tetapi ada segelintir murid menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak pengelihatannya. Ini termasuk murid yang menderita low vision dan murid buta.
            Anak-anak yang menderita low vision ini punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila di bantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang”” buta secara edukasional” (educationally blind) tidak bisa menggunakan pengelihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.
            Banyak anak buta ini mempunyai kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun, multiple disabilities sering kali bukan hal yang aneh dalam diri murid yang tergolong educationally blind. Murid yang menderita bermacam-macam ketidakmampuan ini sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.

Gangguan Pendengaran
            Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya.pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari 2 kategori, yaitu pendekatan oral dan pendekatan manual.
·         Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speach reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya.
·         Pendekatan manual adalah bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata.

B. Gangguan Fisik
            Gangguan fisik antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak (cereberal palsy), dan gangguan kejang-kejang. Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol getak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan ortopedik ini biasanya disebabkan oleh problem prenatal (dalam kandungan) atau prinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit atau kecelakaan saat anak-anak.
            Cereberal palsy adalah berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah, atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umumnya adalah kekurangan oksigen saat lahir. Cereberal palsy yang paling umum disebut spastic, otot anak menjadi kaku dan sulit digerakkan.

 C. Retardasi Mental
            Adapun ciri-ciri dari retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Retardasi mental dianggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak bisa merawat dirinya sendiri. Penyebab dari retardasi mental adalah faktor genetik dan kerusakan otak.
            Faktor genetik. Bentuk yang paling umum dari retardasi mental adalh down syndrome. down syndrome ini merupakan bentuk retardasi mental yang ditransmisikan secara genetik sebagai akibat adanya kromosom extra (kromosom ke-47). Selain  itu ada fragile x syndrome, ini merupakan bentuk retardasi mental yang ditransmisikan secara genetik akibat dari krosom x yang tidak normal. Dan fetal alcohol syndrome, ini merupakan serangkaian ketidaknormalan termasuk retardasi mental dan ketidaknormalan wajah, yang menimpa anak dari ibu yang suka minum minuman beralkohol selam masa kehamilan.

D.Gangguan Bicara dan Bahasa.

1.      Gangguan Artikulasi merupakan problem dalam pengucapan suara secara benar. Anak penderita problem artikulasi mungkin sulit berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu. Akibatnya, anak enggan bertanya, tidak mau berdiskusi, atau berkomunikasi dengan temannya. Ini dapat diperbaiki dengan terapi bicara, meskipun dibutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
2.      Gangguan suara merupakan tampaknya dalam ucapan yang tidak jelas, karena terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Suara anak-anaka yang berbibir sumbing biasanya sulit dimengerti.
3.      Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya gagap. Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata, jeda panjang atau berulang-ulang.
4.      Gangguan bahasa meupakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresip anak. Gangguan ini dapat menyebabkan problem belajar serius.
Gangguan bahasa ini mencakup 3 kesulitan yaitu:
·         Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan
·         Kesulitan memahami dan mengikuti perintah lisan.
·         Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu berlangsung cepat dan kompleks.
            

Selasa, 11 April 2017

ppt hasil observasi kelompok 2




TUGAS OBSERVASI

“Manajemen Kelas”
SMP Al-Azhar

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

T. Yulias Triana (161301011)




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TA. 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul "Manajemen Kelas SMP Al-Azhar". Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan  baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

 

                                                                                                           Medan, 10 April 2017

 

                                                                                                                       Penyusun

 

 

 

 

 


Daftar  Isi









BAB I: PENDAHULUAN



Sebagai mahasiswa Psikologi yang mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia. Sebuah perilaku terbentuk dan muncul karena ada dorongan yang berasal dari dalam (intrinsic) maupun di luar diri (ekstrinsik) manusia. Dorongan-dorongan ini disebut motivasi. Motivasi menjadi dasar dan landasan manusia melakukan suatu tindakan tertentu.  


Semua aktivitas dan tindakan yang kita lakukan terjadi karena adanya dorongan motivasiMotivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku (Perilaku). Perilaku ini timbul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Untuk mendapatkan dorongan tersebut diperlukan beberapa strategi pengajaran dan pembelajaran yang tepat untuk dapat memotivasi anak didik serta menghidupkan suasana untuk mencapai pemahaman materi yang baik.
Kami mencoba mengobservasi sebuah sekolah yaitu SMA Swasta Al-Azhar Medan untuk melihat bagaimana metode pembelajaran, manajemen kelas, dan seberapa besar peran motivasi seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kami mengobservasi secara langsung, untuk dapat mendaptkan gambaran secara deskriptif tentang strategi/metode pembelajaran disekolah tersebut.

Landasan Teori

Pendidikan Remaja Awal (SMP)

Pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua orang dapat diperlakukan dengan porsi yang sama. Dengan adanya perbedaan rentang usia pastinya terdapat daya tampung ilmu yang berbeda-beda tiap rentangnya. Oleh sebab itu terbentuklah suatu jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan usia dan kapasitasnya masing-masing. Adapun 4 Jenjang Pendidikan di Indonesia sendiri, yakni: PG/TK, SD, SMP, dan SMA.

Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, bahasa Inggris: junior high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat).
Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Dengan kata lain peserta didik pada jenjang ini adalah kalangan remaja, terutama remaja awal.
Remaja atau adolescence bersal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Remaja juga dapat didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh Psikolog G.Stanley Hall : Adolescence is atime of “strom and stess”. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa dimana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emossional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta dapat menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam hal ini Sigmund freud dan Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja penuh dengan konflik. Menurut teoritis yang kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik. Menurut hurlock (1964) remaja awal (12/13 tahun-17/18 tahun), remaja akhir (17/18 tahun-21/22 tahun).

Ciri-ciri Remaja Awal (10-14 tahun).
1)      Ciri fisik:
v  Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat cepat/pesat.
v  Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kali kurang seimbang.
v  Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).
2)      Ciri Psikomotor :
v  Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
v  Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3)      Ciri Bahasa:
v  Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai  tertarik mempelajari bahasa asing.
v  Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut :
A.    Perkembangan Biologis
Perubahan fisik seperti pubertas merupakan hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
B.     Perkembangan Psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
C.    Perkembangan Kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan tentang hal yang akan terjadi. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi,diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat dan cepat. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
D.  Perkembangan Moral
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis seorang remaja mulai mengiuji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
E.     Perkembangan Spiritual
Seorang remaja mampu memahami konsep abstrak dan menginterpirasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi, dan berfikir secara logis. Kemudian mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertakan secara kritis dan skeptis. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan  adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. Dan masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
F.     Perkembangan Sosial
Remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.

Ciri Konatif, Emosi,  Afektif, dam Kepribadian remaja :
a)      Lima kebutuhan dasar ( fisiologis,rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
b)      Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam waktu yang cepat.
c)      Kecenderungan-kecenderunganarah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
d)     Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitanya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.

Macam Metode Pembelajaran untuk siswa SMP
Siswa SMP adalah siswa yang rata- rata berumur remaja yang menurut ahli perkembangan erik erikson berada dalam masa mencari identitas.jadi menurut pendapat ahli tersebut dapat ditarik beberapa metode yang cocok digunakan untuk siswa smp
1. Metode pembelajaran memungkinkan komunikasi 2 arah terjadi seperti guru memberikan materi berupa ceramah,kemudian guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya.,jika tidak ada siswa yang bertanya maka guru dapat memberikan dorongan dengan membuatnya menjadi tertarik untuk bertanya
2. Metode pembelajaran kelompok
Rata rata remaja usia smp suka berkelompok dengan teman teman sebayanya,jadi naluriberkelompok tersebut dapat digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran
3. Metode pembelajaran berdasarkan masalah yang berkembang kemudian guru bisa mengajak siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama

 

Motivasi


Bersehubungan data diatas dalam ruang lingkup dunia pendidikan, motivasi juga merupakan hal yang perlu diperhatikan sebagai pendorong minat belajar dalam KBM. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Ada beberapa perspektif Motivasi diantaranya:
1.                  Perspektif behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat serta menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk, 2000). Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, tanda bintang, atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid.
2.                  Perspektif Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dengan urutan sebagi berikut :


Aktualisasi diri”, Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow, diberi perhatian khusus. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi.
1.                  Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
2.                  Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru

Orientasi Belajar

*                   Teacher - Centered Learning
     Pendekatan ini memfokuskan guru. Perencanaan dan instruksi disusun oleh guru. Dalam hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran murid, memiliki ekspektasi yang tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.
Perencanaan Teacher-Centered Learning memiliki tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1.      Menciptakan Sasaran Behavioral
Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
·         Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
·         Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
·         Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima.

2.      Menganalisis Tugas
Difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid  menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis dilakukan melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978) :

·         Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·         Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya.
·         Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3.      Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom oleh Benjamin Bloom dkk (1956) mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain :
a. Domain Kognitif memiliki enam sasaran, antara lain :
·         Pengetahuan        
·         Analisis
·         Pemahaman        
·         Sintesis
·         Aplikasi              
·         Evaluasi
b. Domain Afektif (respons emosional terhadap tugas) memiliki lima sasaran, antara lain :
-          Penerimaan          
-          Pengorganisasian
-          Respons                
-          Menghargai karakterisasi
-          Menghargai
c. Domain Psikomotor (menghubungkan aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Dalam sains, murid harus menggunakan peralatan yang kompleks; seni visual dan pahat membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah :
-          Gerak refleks                                        
-          Kemampuan fisik
-          Gerak fundamental dasar                   
-          Gerak terlatih
-          Kemampuan Perseptual                     
-          Perilaku nondiskusif

*                   Learner -  Centered Learning
Pendekatan ini fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Pendekatan ini mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang dan mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi murid. Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah pada orang yang belajar (learner). Learner-Centered ini dikembangkan oleh American Psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor :
1.                  Faktor Kognitif dan Metakognitif
Ada enam prinsip, yaitu :
·                     Sifat proses pembelajaran
·                     Tujuan proses pembelajaran
·                     Konstruksi pengetahuan
·                     Pemikiran strategi
·                     Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi)
·                     Konteks pembelajaran
2.                  Faktor Motivasi dan Emosional
Ada tiga prinsip, antara lain :
·                     Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
·                     Motivasi intrinsik untuk belajar
·                     Efek motivasi terhadap usaha
3. Faktor Sosial dan Developmental
    Ada dua prisip, antara lain :
a. Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
b. pengaruh sosial terhadap pembelajaran

4. Faktor Perbedaan Individual
    Ada tiga prinsip, antara lain :
a.  Perbedaan individual dalam pembelajaran
b.  Pembelajaran dan diversitas
c. Standar dan penilaian

Manajemen Kelas

Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Manajemen lingkungan yang baik adalah mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi masalah secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.
Ada tujuan manajemen kelas yang efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami masalah akademik dan emosional.
·                     Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Gaya Penataan:

1.      Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru.
2.      Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap satu sama lain.
3.      Gaya off-set, sejumlah murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk   berhadapan langsung satu sama lain.
4.      Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
5.      Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (4-8 orang) bekerja dalam kelompok kecil.
·                     Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Guru yang otoratif akan cenderung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoratif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid. Strategi manajemen kelas yang otoratif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.







Identitas Sekolah

Nama Sekolah                         : SMA Swasta Al-Azhar Medan
Nama Kepala Sekolah             : Drs. Agustini, M.A
Alamat Sekolah                       : Jl. Pintu Air IV No. 214
Kecamatan                              : Medan Johor
Kabupaten                               : Kota Medan
Provinsi                                   : Sumatera Utara
Ekstrakurikuler                        :
          • Paskibra
          • Pramuka
          • Futsal
          • Basket

Jadwal Pelaksanaan

No.
Kegiatan
Tanggal
1.
Menentukan topic
15 Maret 2017
2.
Meninjau keadaan sekolah
18 Maret 2017
3.
Membuat surat izin dari fakultas
20 Maret 2017
4.
Menerima surat izin dari fakultas
23 Maret 2017
5.
Mengirim surat ke sekolah
23 Maret 2017
6
Mengobservasi
24 Maret 2017
7.
Diskusi kelompok
4 April 2017
8.
Posting blog
11 April 2017

Alat / Bahan:

1.      Pulpen
2.      Buku Notes, untuk mencatat hasil observasi
3.      Kamera HP sebagai dokumentasi

Analisis Data

Data kami peroleh melalui kegiatan observasi langsung di SMP Al-Azhar. Data tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana proses “Manajemen Kelas” di SMP Al-Azhar.

Sampel Penelitian Dan Lokasi Pengambilan Data

Sampel : Siswa dan Guru di SMP Al-Azhar
Tempat : SMP Al-Azhar, Jl. Pintu Air IV No. 214 Kwala Bekala, Medan Johor

BAB II: PELAKSANAAN


Penelitian dilakukan  pada tanggal 24 Maret 2017 di sekolah  Perguruan Al-Azhar Medan. Kelompok berangkat dari rumah masing-masing pada pukul 08:00 menuju fakultas Psikologi USU dan berangkat secara bersamaan menuju Perguruan Al-Azhar Medan menggunakan transportasi online. Sampailah kami sekitar pukul 09:00 di Perguruan Al-Azhar medan. Sebelum memasuki kelas yang akan diobservasi kelompok memeriksa kelengkapan anggota serta memeriksa barang-barang  yang telah dipersiapkan  untuk melakukan observasi, yang berupa buku note, pena, dan kamera ponsel. Setelah semua lengkap kelompok memulai dengan menemui wakil kepala sekolah untuk memastikan izin mengobservasi manangement kelas siswa. Kami  yang beranggotakan 7 orang dalam kelompok dibagi oleh wakil kepala sekolah  menjadi dua kelompok dimana, satu kelas kami beranggotakan  4 orang dan satu kelas lagi beranggotakan 3 orang.
Setelah itu, kelompok satu memasuki kelas 7 Billingual B yang sedang berlangsungnya pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan kelompok dua memasuki kelas 9 Bilingual A yang sedang berlangsungya pelajaran dibawa Bahasa Inggris dan dilanjutkan dengan pelajaran Matematika. Lalu kelompok mulai memperkenal diri, tujuan kedatangan kelompok serta menjelaskan prosedur observasi. Setelah prosedur selasai dijelaskan, kelompok mempersilahkan murid-murid melanjutkan kegiatan yang telah di tetapkan oleh guru masing-masing dan mulai untuk mengobservasi management kelas tersebut. Setiap anggota kelompok telah memiliki tugas masing-masing, yaitu ada yang bertugas mencatat bagaimana terjadinya management kelas, ada yang bertugas mewawancarai sebagian murid dan ada juga yang bertugas untuk mengabadikan beberapa moment penting dalam kelas. Sekitar pukul 10:30 pelajaran telah berakhir, murid-murid diwajibkan melakukan shalat sunnah dhuha dan setelah selesai shalat murid-murid pun beristirahat. Sebelum kelas berakhir kelompok juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi murid- murid terhadap observasi tersebut.
Setelah itu kelompok menemui wakil kepala sekolah untuk mengucapkan terima kasih atas izin dalam melaksanakan tugas observasi management kelas. Sekitar pukul 11:00 kelompok sepakat untuk mengakhiri observasi tersebut dan kembali kerumah masing-masing menggunakan transportasi online.

BAB III: LAPORAN, EVALUASI, dan DOKUMENTASI OBSERVASI


Laporan Kelompok 1: Kelas VII Billingual B

·         Kondisi Kelas 
     Kami masuk ke dalam kelas VII Billingual B pada 1 mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dipimpin oleh Miss Dewi. Satu kelas terdiri dari 24 orang, 16 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Pada pelajaran ini semua murid hadir. Pada waktu itu sedang berlangsung diskusi kelompok, mereka mendiskusikan tentang unsur intrinstik dan ekstrintrik dari sebuah cerpen yang berjudul Nikmat Tiada Hitungan Matematika. Murid dibagi dalam 4 kelompok, dimana di setiap kelompok terdiri dari 6 orang.

Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ini guru menginstruksikan muridnya membawa buku masing-masing, dan kemudian murid membaca terlebih dahulu wacana tersebut, dan lalu menceritakan kembali apa yang mereka baca. Selain itu guru juga menawarkan nilai lebih kepada kelompok yang menyelesaikan tugas dengan cepat. Dan ini merupakan sebuah motivasi untuk murid-muridnya. Selain itu kelompok yang bisa menjelaskan hasil diskusi mereka dengan baik murid yang lain memberi tepuk tangan, ini juga merupakan bagian dari motivasi. Dan murid dalam kelas VII Billingual B ini sangat aktif, kritis, kompak dan juga kreatif. Terlihat dari dekorasi kelas mereka yang colorfull dan nyaman.
Dalam pengamatan kami guru disini mampu menguasai kelas dengan baik, tapi terkadang muridnya suka ribut terutama murid perempuan. Dalam mata pelajaran ini murid mampu memahami apa yang guru jelaskan. Miss mampu dalam menguasai kelas, miss juga berjalan untuk memperhatikan dan membantu para murid di setiap kelompok. Para murid juga aktif bertanya jika mereka kurang memahami tugas tersebut. 

Setelah beberapa menit, miss pun mulai bertanya tentang apa isi cerpen tersebut. Lalu ada kelompok  yang mayoritas perempuan menjawab, kemudian miss meminta mereka untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka itu. Setelah kelompok 1 selesai mempresentasikan hasil diskusi mereka, Miss Dewi menjelaskan tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik dari cerpen tersebut sambil melakukan tanya jawab dengan para murid. Namun beberapa anak ada yang tidak mendengarkan saat sedang dijelaskan, ada yang mengobrol, main-main, dan tertawa. Murid perempuan lebih aktif dalam diskusi dibandingkan murid laki-laki. Sejauh ini semua murid bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun sikapnya kurang sopan.

Setelah semua pertanyaan terjawab, jam kelas Bahasa Indonesia pun berekhir dan Miss Dewi mengajak murid-murid untuk melaksanakan sholat dhuha.

EVALUASI

Menurut pemaparan hasil observasi di SMPS Al-Azhar Medan di kelas VII Bilingual B diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode belajar yang digunakan adalah metode student-centered yaitu pembelajaran kooperatif. Dikatakan berpusat kepada siswa oleh sebab sebagian besar input pengajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif akan meningkatkan belajar mereka, serta mereka dapat menentukan hasil diskusi mereka. Hal ini terlihat dari berlangsungnya diskusi  dan persentasi oleh masing-masing kelompok. Dan hal ini terbukti mampu meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi peserta didik, apalagi guru memberikan imbalan berupa nilai lebih pada kelompok yang selesai dengan cepat.
            Dalam pelaksanaan observasi ini kami tidak banyak menemui kendala. Surat izin dan administrasi lain berjalan dengan lancar, dikarenakan salah satu anggota kelompok kami adalah alumni dari sekolah tersebut. Pihak sekolah juga sangat membantu dan menyambut dengan baik.

DOKUMENTASI






Laporan Kelompok 2: Kelas IX Billingual A

·         Kondisi Kelas
Kami masuk ke dalam kelas IX Bilingual A pada 2 mata pelajaran, yaitu Bahasa Inggris dan Matematika Dasar. Mata pelajaran Bahasa Inggris dipimpin oleh Sir Faisal Asdami dan mata pelajaran Matematika Dasar dipimpin oleh Sir Abdurrahman. Satu kelas terdiri dari 24 orang, 16 orang perempuan dan 8 orang laki-laki. Namun pada pelajaran Bahasa Inggris 1 orang anak perempuan tidak hadir, namun pada saat pelajaran Matematika Dasar ia hadir. Guru dan murid berbicara dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Posisi tempat duduk adalah sepasang.
·         Mata Pelajaran Bahasa Inggis
Setelah menyiapkan kelas, Sir Faisal meminta para murid untuk membentuk kelompok. Lalu anak-anak tersebut langsung mengubah posisi duduk di dalam kelompok mereka masing-masing. Ada 5 kelompok yang terdiri dari 2 kelompok untuk anak laki-laki dan 3 kelompok untuk anak perempuan. Lalu Sir Faisal memberikan tugas dari buku pegangan mereka. Tugasnya adalah membaca isi text lalu mencari tahu tentang apa isi text tersebut. Setelah selesai didiskusikan, maka akan dipresentasikan dalam durasi 5 menit. 
Lalu Sir Faisal berjalan untuk memperhatikan dan membantu para murid di setiap kelompok. Para murid juga aktif bertanya jika mereka kurang memahami terjemahan text tersebut. Kelompok perempuan yang di tengah kurang bekerja sama (1), kelompok laki-laki yang di sebelah kanan lebih banyak bermain daripada berdiskusi (2), dan ada anak perempuan di kelompok perempuan yang di sebelah kanan kurang sopan saat berdiskusi (3).
Setelah beberapa menit, maka Sir Faisal bertanya tentang apa isi text tersebut. Lalu ada kelompok perempuan yang menjawab bahwa text tersebut tentang “seekor rusa yang tidak bersyukur”. Setelah itu Sir Faisal menjelaskan tentang text tersebut sambil melakukan tanya jawab dengan para murid. Namun beberapa anak ada yang tidak mendengarkan saat sedang dijelaskan, ada yang mengobrol, tiduran, dan tertawa. Kelompok laki-laki dan perempuan yang sebelah kanan kurang memperhatikan dibandingkan kelompok perempuan yang di tengah dan di sebelah kiri serta kelompok laki-laki disebelah kiri. Murid perempuan lebih aktif dalam diskusi dibandingkan murid laki-laki. Sejauh ini semua murid bisa mengikuti pelajaran dengan baik walaupun sikapnya kurang sopan.
Saat berdiskusi anak perempuan yang baru hadir tadi di kelompok perempuan sebelah kanan sedang bermain hp sebentar lalu meletakkannya (1). Murid laki-laki lebih memperhatikan dibandingkan murid perempuan(2). Lalu Sir Abdurrahman menunjuk kelompok perempuan yang di tengah untuk maju menjawab soal tersebut. Anggota kelompok tersebut langsung menunjuk 1 murid yang bernama Laili. Lalu para murid berkata belum siap dan meminta waktu untuk berdiskusi sebentar. Saat berdiskusi, ada murid perempun yang membuka sepatunya dan mengangkat kaki (3), bertopang dagu dan bermalas-malasan (4) namun ada juga murid yang serius mengerjakan soal dan mengajarkan temannya bagaimana cara menjawab soal tersebut (5). Sir Abdurrahman berkeliling untuk membantu para murid dalam menjawab soal, membangkitkan murid-murid yang bermalas-malasan, dan menegur murid-murid yang tidak mengerjakan. Ada perilaku yang kurang sopan dimana anak menarik baju Sir Abdurrahman saat bertanya mengenai soal (6). Setelah beberapa menit, lalu Laili beserta temannya maju ke depan untuk mempesentasikan bagaimana cara menjawab soal kubus tersebut (7). Setelah selesai, para murid pergi beristirahat.
 

EVALUASI

Perencanaan awal yang dilakukan sudah cukup matang serta terstruktur dengan rapi, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat sedikit kendala dalam hal pemilihan sekolah yang akan diobservasi. Setelah dirundingkan dan disurvey maka dipilih SMP Al-Azhar yang menjadi tempat dimana observasi akan dilakukan. Saat hari pengobservasian, dipilihlah dua kelas dengan satu tim di setiap kelas. Pembagian tim yang mendadak dilakukan serta pembagian tugas berlangsung cepat. Dalam kelas, penjelasan langsung kami beri kepada guru dan murid tanpa basa-basi dan menghemat waktu agar mereka bertindak seperti biasanya. Satu tim mendapatkan 2 sesi mata pelajaran sedangkan satu tim lainnya hanya dapat mengobservasi 1 sesi mata pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dipaparkan diatas, kami menyimpulkan bahwa manajemen kelas kurang baik tetapi pengajaran yang dilakukan guru merupakan cara belajar dua arah yaitu guru dan murid sama-sama mengambil peran dalam proses belajar.

DOKUMENTASI




EVALUASI

Perencanaan awal yang dilakukan sudah cukup matang serta terstruktur dengan rapi, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat sedikit kendala dalam hal pemilihan sekolah yang akan diobservasi. Setelah dirundingkan dan disurvey maka dipilih SMP Al-Azhar yang menjadi tempat dimana observasi akan dilakukan. Saat hari pengobservasian, dipilihlah dua kelas dengan satu tim di setiap kelas. Pembagian tim yang mendadak dilakukan serta pembagian tugas berlangsung cepat. Dalam kelas, penjelasan langsung kami beri kepada guru dan murid tanpa basa-basi dan menghemat waktu agar mereka bertindak seperti biasanya. Satu tim mendapatkan 2 sesi mata pelajaran sedangkan satu tim lainnya hanya dapat mengobservasi 1 sesi mata pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dipaparkan diatas, kami menyimpulkan bahwa manajemen kelas kurang baik tetapi pengajaran yang dilakukan guru merupakan cara belajar dua arah yaitu guru dan murid sama-sama mengambil peran dalam proses belajar.

Testimoni :

Filipus Riaman Napitu Saragih (161301032)
Tugas yang paling menarik adalah observasi kesekolah, disitu kita belajar bagaimana sebagai mahasiswa, secara kelompok melakukan tugas outdoor secara mandiri, turun langsung kelapangan, untuk menelaah langsung sesuai kajian yang didapat selama masa perkuliahan. Alhasil banyak hal postif yang kami dapatkan, dimana tidak hanya teori, kami mendapatkan pemahaman lebih akan dunia pendidikan.

T Yulias Triana (161301011)
Saya sangat excited dengan tugas observasi ini. Karena ini adalah tugas pertama observasi sejak di Fakultas Psikologi. Dan juga harap-harap cemas dengan teknis pelaksanaan dan hasilnya. Dan mengalami kebingungan untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan objek observasi. Tetapi beruntung salah satu anggota kelompok kami adalah alumni SMPS Al-Azhar Medan. Kami pun memilih SMP tersebut, dan observasi pun berjalan lancar. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Fadillah (161301017)
Menurut saya dengan adanya tugas mengobservasi ini dapat menambah ilmu saya dimana selama ini pembelajaran psikologi pendidikan hanya dalam metode teori dan ceramah tetapi dengan adanya tugas ini membuat saya lebih mengerti tentang praktek langsung bagaimana cara melihat management kelas yang baik dan benar. Kegiatan observasi ini sangat menarik karena kelompok kami mengobservasi untuk tingkat sekolah menengah pertama.  Dan ini merupakan pengalaman pertama saya serta pengalaman yang paling berharga untuk saya.

Tamariska br Gurusinga (161301066)
                
Observasi adalah pengalaman yang baru bagi saya. Saya mengucapkan terimakasih kepada mata kuliah Pendidikan dan para dosen pengampu yang membuat tugas observasi ini. Awalnya degdegan nanti bagaimana cara observasinya,apa yang harus dilakukan. Untungnya kami saling membantu sesama anggota kelompok sehingga observasi dapat dilakukan dengan lancar. Kami mengamati proses belajar dan manajemen kelas anak smp. Itu adalah pengalaman baru yang tak terlupakan bagi saya.

Renya Clara T. S. Depari (161301075)
Kami memilih observasi dengan topik manajemen kelas. Saat sedang bersiap-siap untuk pengobservasian, pembagian tim yang mendadak menjadi dua sempat membuat saya kaget karena harus mengontrol dan mengobservasi kelas. Tetapi saat observasi berlangsung ternyata tidaklah sesulit yang saya pikirkan karena saya sudah pernah berada di posisi mereka sebagai murid. Serta saya juga sudah mempelajari teori-teori psikologi pendidikan tentang bagaimana mendidik yang efektif sehingga mempermudah untuk menilai dan mengobservasi. Saya juga merasakan mereka sebagai murid sangat akrab dan langsung dengan mudah menerima kami.

Nirmalla Sari (161301014)
Selama observasi saya banyak mendapat kesan yang menyenangkan . Selain itu dengan observasi wawasan dan pengalaman saya bertambah.  Dan dengan observasi ini juga saya lebih paham bagaimana cara memanajem kelas.   Intinya selama observasi saya sangat senang dan bersemangat. 

Irham M. (161301062)
Selama observasi dapat kesan yang menyenangkan karena observasi dapat membantu kita melihat langsung bagaimana manajemen kelas. Jadi kita bukan hanya dituntut untuk mengetahui teorinya saja tetapi dituntut untuk memahami bagaimana manajem kelas jika berada di lapangan langsung. Selain dapat mengetahui manajemen kelas kita juga dapat tambahan yaitu kita bisa mengetahui dengan melihat secara langsung perkembangan anak pada masa umurnya. Intinya satu observasi MANTAP.

Desain Poster :


Daftar Pustaka :

Santrock, John W. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Universitas of Texas at Dallas. Kencana: Prenada Media Group.
http://www.psychoshare.com/file-817/psikologi-industri-dan-organisasi/hubungan-motivasi-dengan-perilaku.html