Senin, 05 Juni 2017

Anak Berkebutuhan Khusus ( resume 1 sesudah UTS)

resume 1 sesudah UTS

Anak Berkebutuhan Khusus Atau Pelajar Yang Tidak Biasa
           
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability adalah keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi dikarenakan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri. 
Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak yang menderita ketidakmampuan/gangguan), dari pada istilah “disabled children”(anak cacat). Tujuannnya adalah memberikan penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak juga disebut sebgai “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan. Kemudian ketidakmampuan ini dikelompokkan menjadi: gangguan organ indera (sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gangguan emosional dan perilaku.

A.   Gangguan Indera
Gangguan indera mencakup gangguan atau kerusakan pengelihatan dan penginderaan.
         
   Gangguan Pengelihatan.
            Beberapa murid mengalami problem pengelihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. Jika anda melihat murid sering memicingkan mata, membaca buku dari jarak yang amat dekat, sering mengucek-ucek mata, dan sering mengeluh karen pandangannya kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan matanya. Tetapi ada segelintir murid menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak pengelihatannya. Ini termasuk murid yang menderita low vision dan murid buta.
            Anak-anak yang menderita low vision ini punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila di bantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang”” buta secara edukasional” (educationally blind) tidak bisa menggunakan pengelihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.
            Banyak anak buta ini mempunyai kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun, multiple disabilities sering kali bukan hal yang aneh dalam diri murid yang tergolong educationally blind. Murid yang menderita bermacam-macam ketidakmampuan ini sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.

Gangguan Pendengaran
            Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya.pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari 2 kategori, yaitu pendekatan oral dan pendekatan manual.
·         Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speach reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya.
·         Pendekatan manual adalah bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata.

B. Gangguan Fisik
            Gangguan fisik antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak (cereberal palsy), dan gangguan kejang-kejang. Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol getak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan ortopedik ini biasanya disebabkan oleh problem prenatal (dalam kandungan) atau prinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit atau kecelakaan saat anak-anak.
            Cereberal palsy adalah berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah, atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umumnya adalah kekurangan oksigen saat lahir. Cereberal palsy yang paling umum disebut spastic, otot anak menjadi kaku dan sulit digerakkan.

 C. Retardasi Mental
            Adapun ciri-ciri dari retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Retardasi mental dianggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak bisa merawat dirinya sendiri. Penyebab dari retardasi mental adalah faktor genetik dan kerusakan otak.
            Faktor genetik. Bentuk yang paling umum dari retardasi mental adalh down syndrome. down syndrome ini merupakan bentuk retardasi mental yang ditransmisikan secara genetik sebagai akibat adanya kromosom extra (kromosom ke-47). Selain  itu ada fragile x syndrome, ini merupakan bentuk retardasi mental yang ditransmisikan secara genetik akibat dari krosom x yang tidak normal. Dan fetal alcohol syndrome, ini merupakan serangkaian ketidaknormalan termasuk retardasi mental dan ketidaknormalan wajah, yang menimpa anak dari ibu yang suka minum minuman beralkohol selam masa kehamilan.

D.Gangguan Bicara dan Bahasa.

1.      Gangguan Artikulasi merupakan problem dalam pengucapan suara secara benar. Anak penderita problem artikulasi mungkin sulit berkomunikasi dengan teman atau guru dan merasa malu. Akibatnya, anak enggan bertanya, tidak mau berdiskusi, atau berkomunikasi dengan temannya. Ini dapat diperbaiki dengan terapi bicara, meskipun dibutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
2.      Gangguan suara merupakan tampaknya dalam ucapan yang tidak jelas, karena terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Suara anak-anaka yang berbibir sumbing biasanya sulit dimengerti.
3.      Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya gagap. Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata, jeda panjang atau berulang-ulang.
4.      Gangguan bahasa meupakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresip anak. Gangguan ini dapat menyebabkan problem belajar serius.
Gangguan bahasa ini mencakup 3 kesulitan yaitu:
·         Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang diharapkan
·         Kesulitan memahami dan mengikuti perintah lisan.
·         Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu berlangsung cepat dan kompleks.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar